Sabtu, 22 Maret 2014

Down Syndrome dan Sel Punca



 Down Syndrome dan Sel Punca


“21 Maret merupakan hari Down Syndrome Sedunia”. 


Down Syndrome sendiri adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromoson. Kondisi ini terjadi karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 pasang kromosom manusia.  Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 dan bukan kromosom.  Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan keterbatasan secara intelektual (retardasi mental).  

Ciri-ciri yang biasa terlihat dari anak yang mengalami down syndrome mulai dari lemah otot, muka yang bulat dan bentuk mata yang ke atas (Mongolian face), bentuk telinga yang abnormal, lidah yang tebal agak pendek dan sebagainya. Karena hal itulah anak yang down syndrome sering kali dipandang sebagai anak yang tidak bisa berkembang dan menorehkan prestasi dibandingkan anak normal yang lainnya.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan juga kesehatan, semakin banyak orangtua yang memahami kondisi atau keterbatasan anaknya, sehingga membuahkan berbagai keberhasilan baik dalam hal mengasuh atau mengatasi kendala sehari–hari, maupun dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anaknya yang memiliki down syndrome.

Banyak hal yang sebenarnya dapat digali dan dicapai oleh anak down syndrome, apalagi dengan semakin majunya ilmu pengetahuan yang menghasilkan dukungan seperti terapi yang mampu meningkatkan kemampuan, kemandirian, keterampilan dan produktivitas penyandang down sydrome misalnya terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi dan terapi emosi dan perilaku.  Untuk itu, perlu dijelajahi segala kemungkinan untuk menemukan apa yang mereka sukai dan apa yang dapat mereka lakukan.  Mereka hanya membutuhkan dorongan, kesempatan serta fasilitas, untuk dapat mencapai kapasitas yang optimal dan menjalani hidup mandiri dengan apa yang menjadi kelebihannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka dapat memiliki keunggulan dan keterampilan tertentu hingga berprestasi. 

Sangat dibutuhkan penerimaan yang baik dari segenap keluarga, dan lingkungan, agar mereka merasa nyaman, merasa dicintai, merasa dihargai dan merasa dipahami. World Down Syndrome Day!

Sel Punca untuk penderita Down Syndrome

Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair) menemukan teknologi sel punca itu setidaknya memiliki enam manfaat untuk tubuh, yaitu perbaikan ortopedi, patah tulang, penyakit ganas atau hematopoietic, tendon atau otot, epithelial, dan mencegah serangan jantung. Bahkan, diperkirakan bisa menolong orang yang remuk tulang pascakecelakaan.
Salah satu cara pengambilan sel punca dari tali pusat bayi, setelah proses kelahiran dilakukan. Tali pusat tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diproses dalam waktu 6-48 jam. Cara proses dengan membuang bagian pembuluh darah tali pusat, lalu tali pusat dipotong dan dibersihkan beberapa kali. 

Sel punca ini lalu dipisahkan dari sel lain, kemudian dibiakkan dalam inkubator atau ditempelkan pada jaringan sasaran. Sel punca tersebut kemudian akan tumbuh dan membentuk sesuai dengan yang diharapkan. Sel punca juga bisa didapatkan dari tulang sumsum milik penderita yang dianggap masih baik atau mengambil sampel sumsum dari famili dekat. 

“Kami melihat potensi pasar pengembangan stem cell ini sangat baik, terutama untuk pasien-pasien penyakit degeneratif,” kata Fedik dari LPT Unair, Kamis (17/10).
Fedik juga mengungkapkan pemanfaatan teknologi stem cell pada ortopedi sudah dilakukan sejak 1998. 

“Dengan sedikit memodifikasi teknologi stem cell, bisa lebih cepat lagi penyembuhannya. Penyembuhannya kalau dengan menggunakan pengobatan biasa bisa tiga bulan, tetapi dengan menggunakan stem cell hanya satu bulan,” ujar Fedik. 

Menurutnya yang sudah dilakukan dengan menggunakan stem cell di Surabaya adalah terapi ortopedi, perbaikan patah tulang, perbaikan hematopoietic, perbaikan tendon dan epithelial, serta pada penderita serangan jantung. 

Sayangnya, teknologi stem cell itu memiliki cerita kegagalan juga. Terlepas dari kegagalan yang sempat terjadi, masih banyak orang menggantungkan harapan pada teknologi ini. 

Baru-baru ini, dua orang penderita aids di Amerika Serikat dikabarkan mengalami pencerahan dari terapi stem cell. Meskipun belum bisa dikatakan berhasil, setidaknya mereka sudah dianggap tak perlu menjalani pengobatan meminum antiretroviral lagi, serta tak ditemukan adanya infeksi virus HIV, penyebab aids di tubuh mereka. Timothy Henrich dan Daniel Kuritzkes dari Universitas Harvard dan Rumah Sakit Wanita di Boston menyampaikan, kalau mereka sempat mengambil darah dua orang tersebut tahun 2012 lalu.

“Tak terlacak lagi virus HIV di tubuh mereka setelah menjalani transplantasi sumsum untuk mengganti organ kanker mereka dengan sel yang sehat,” Henrich memaparkan.
Tak hanya untuk kemungkinan pengobatan penyakit aids, terapi stem cell kini bahkan berkembang untuk penyembuhan autisme dan down syndrome. 

Menurut Ratna Djuwita, pakar stem cell untuk penyembuhan down syndrome menyatakan, kalau sel punca akan membantu memperbaiki proses neuron dan sinyal yang keliru pada sistem saraf pusat. 

“Bagi penderita autis, pengobatan sel punca umumnya didampingi psikolog. Perkembangan matanya selalu diawasi karena dari sini akan terlihat perkembangan kemampuan berinteraksi,” tutur Ratna. 

Kini pengobatan tersebut mulai diyakini memiliki prospek cerah. Mengingat makin banyaknya anak yang terbebas dari autis pascamenjalani terapi. 

(Sumber : Sinar Harapan)

@@@@@
Semoga saja penderita down syndrome dapat ditangani  dengan  baik seiring dengan pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Serta didukung keikhlasan hati para orang tua yang begitu sabar terhadap kondisi si anak yang menderita down syndrome. Karena perlu diingatkan kembali, bahwa penderita down syndrome hanya membutuhkan keikhlasan hati, serta kesabaran untuk dapat menerima mereka dengan baik dan positif. 

Sedikit informasi untuk sobat semua, jika ingin melakukan penyimpanan tali pusat bayi yang nantinya dapat berfungsi untuk menyembuhkan penyakit dari si bayi (kemudian hari) salah satunya adalah down syndrome, dapat datang ke Gedung UOB di Thamrin lt.31, Penyimpanan darah tali pusat CordLife Indonesia (pernah kerja di situ, hehehe). Pendaftaran untuk melakukan penyimpanan biasa dilakukan saat si bunda masih dalam kondisi hamil di bawah 6 bulan ya…

Berharap tulisan ini dapat bermanfaat untuk sobat semua
   “with love”


-bundanyasibule-
       22032014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling berbagi dan saling berkomentar baik